Welcome Pontianak Centre

Jumat, 22 Oktober 2010

Briket Ampas Tebu Teknologi Mudah dan Murah


 




Pemanfaatan ampas atau daun tebu menjadi briket, tak hanya memenuhi prinsip bahwa teknologi mesti murah, ekonomis, praktis dan bukan hi-tech, tapi teknologi juga harus tepat, berdayaguna dan dapat diselenggarakan oleh masyarakat secara mudah dan murah.

Untuk itu, jelas Dosen Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah (UMP) Pontianak Masrum H SPd ST MT, penerapan teknologi harus dilakukan dengan menumbuhkan pemahaman, sikap hidup dan sisi ekonomis bagi masyarakat. Sehingga teknologi yang disajikan benar-benar acceptable. “Dengan proses secara pyrolisis, maka akan didapatkan bahan briket yang sangat mudah dibakar. Untuk keperluan ini, maka dilengkapi pula dengan dapur atau kompor briket arang daun tebu yang dibuat secara khusus,” ujar Masrum.

Bahan baku (raw material) yang digunakan, adalah ampas atau limbah sisa hasil pemerasan penjualan air tebu yang sudah kering. Sementara proses pembakaran ampas tebu dilakukan dengan cara pyrolisis. “Dengan cara ini ampas tebu tidak dibakar langsung, tapi menggunakan media kaleng tiner sebagai wadah ampas tebu yang akan dibakar. Kemudian, dimasukkan ke dalam drum pemanas (kiln) yang sudah terisi ampas tebu sebagai pembakarnya, dan ditutup dengan cukup rapat,” terangnya.

Untuk mengeluarkan asap pembakaran, maka pada bagian atas penutup dibuat lubang penyalur asap keluar. Setelah 30 menit pembakaran selesai, penutup dibuka dan disiram air secukupnya untuk pendinginan. Selanjutnya, kaleng-kaleng tiner keluarkan dari dalam drum dan diambil arangnya, barulah dimasukkan ke dalam karung plastik. “Biomass atau arang ampas tebu yang telah diperoleh, selanjutnya dapat dicetak ke bentuk yang diinginkan menurut pasaran atau konstruksi kompor yang akan digunakan,” jelas Masrum.

Pembentukan briket ujarnya, menggunakan alat yang sangat sederhana, yaitu dengan potongan pipa paralon dan sepotong kayu belian sebagai penyodoknya. Setelah melalui proses pengeringan yang cukup, maka briket-briket tersebut dikemas dalam kantong-kantong plastik transparan ukuran 1 kilogram. Selanjutnya, untuk merapatkan kemasan digunakan nyala api lilin atau dengan alat pelipat plastik listrik (plastic sealer).

Untuk tujuan komersil, pemasaran produk merupakan mata rantai yang penting. Tanpa adanya pemasaran yang baik, maka usaha komersial tersebut secara otomatis akan terhenti. Hasil dari kegiatan pemasaran akan dapat menentukan apakah suatu usaha tersebut menguntungkan, tidak menguntungkan atau hanya impas saja.

“Oleh karena itu, bagi pengusaha baik skala besar, menengah maupun kecil harus memahami benar segala sesuatu yang berkaitan dengan pemasaran produk. Hal yang harus dipahami, antara lain permasalahan distribusi pemasaran, penetapan harga dan cara pembayarannya,” pungkas Masrum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar