Welcome Pontianak Centre

Jumat, 29 Oktober 2010

Indonesia Harus Bangkit


SUNGAI RAYA—Gubrani, Sekretaris KNPI Kubu Raya mengatakan sejak tahun 1998 bangsa indonesia mengalami fase kehidupan era reformasi menuntut perubahan a mendasar untuk asfek penyelenggaraan kehidupan bangsa dan negara. “Reformasi menghendaki tampilnya bangsa indonesia sebagai bangsa penegaj nilai-nilai demokrasi secara konsisten dan mengupayakan berbagai kemajuan di berbagai kehidupan,” katanya kepada Pontianak Post, dalam siaran pers releasenya.Menurutnya dalam kontek tersebut, pemuda indonesia senantiasa tergerak k mengaktualisasikan tanggung jawab.

Caranya dengan mempelopori perubahan demi kemajuan dan keberlangsungan masa depan. ”Disadari atau tidak sejak tahun 1998, bangsa indonesia masih dalam situasi multikrisis. Realitanya ternyata masih banyak tantangan menghadang, Makanya butuh kepemimpinan dan kebersamaan yang kokoh antar elemen bangsa. Tujuannya menghadapi tantangan-tantangan tersebut secara efektif dan optimal,” ujar Ketua Gema Kosgoro KKR ini. Ia menuturkan terdapat perbedaan dalam dunia pergerakan pemuda dan mahasiswa Indonesia. Masa kini dibanding masa lalu sungguh berbeda. Misalnya wacana, perdebatan, agenda dan aksi politik pemuda masa lalu lebih banyak mengekploitasikan idealisme, kualitatif, argumentatif-konseptual. Disitu nuansa pendidikan politik lebih terasa. “Sementara masa sekarang aksi politik yang dilakukan cenderung terjebak materiil-kekuasaan,” ujarnya.

Selain itu, Ketua IPTI KKR ini meminta pemuda jangan terjebak dalam dunia kepemudaan kita akan besarnya budaya patronase politik. Dengan kata lain, kepolitikan pemuda sesunguhnya belum dapat dikatakan mandiri, lepas dari ketergantungan-ketergantungan yang bersifat patronatif. “Pola patron klien didalam dunia politik kita, yang melibatkan kalangan pemuda masih demikian kental,” katanya.Ia juga mengkritisi bagaimana pemuda indonesia belum terbiasa melakukan persaingan kualitatif. Pasalnya, kemandirian, obyektifitas dan prestasi dijadikan dasar memenangkan persaingan. Dalam pola persaingan bukan prestasi dan kualitas sebagai ukuran, tetapi bagaimana mencari “backing” dan “penghambaan-penghambaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar