PUTUSSIBAU--Hampir 80 persen drainase dalam kota Putussibau menghilang dalam beberapa tahun terakhir. Selain karena pelebaran jalan, faktor kesadaran masyarakat yang kurang memperhatikan lingkungan menjadi penyebab lainnya.Menurut fungsionaris LSM Peduli Kapuas Hulu M Syafei, sebagian masyarakat, salah satu diantaranya para pengusaha kurang peduli. Ia mencontohkan di ruas jalan protokol, sejumlah pengusaha di jalan itu terkesan cuek akan sekitarnya. Ia mencontohkan seperti di salah satu titik Jalan Komyos Sudarso. Kalau sudah hujan lebat turun, jalan tergenang. Itu terjadi karena drainase di kiri dan kanan jalan tertutup.
“Mestinya pelaku usaha di sekitar kawasan itu mau sedikit peduli. Membongkar areal lahan mereka dipinggir jalan dan membuat drainase secara mandiri, sehingga air hujan bisa mengalir dan tidak menggenangi jalanan,” kata Syafei.Tapi dikatakan Syafei, hal itu tidak terjadi. Justru yang kemudian lebih disalahkan adalah pemerintah daerah membangun jalan tanpa memperhatikan aspek lingkungan. Seperti mengabaikan drainase di kiri dan kanan jalan.“Padahal informasi yang saya peroleh, saat hendak dibangun sudah terintegritas dengan drainase. Lantaran muncul persoalan ganti rugi, drainase urung dibangun. Dana pembangunan drainase dikembalikan,” katanya.
Pernyataannya itu dikatakan Syafei, bukan semata-mata membela pemerintah daerah. Akan tetapi, menurut dia, dalam sebuah proses pembangunan harus ada sinergi antara pemerintah dan masyarakat. Termasuk dukungan masyarakat akan kelancaran pembangunan yang ada. “Kembali ke kasus jalan tergenang karena tiada drainase tadi. Mestinya masyarakat, khsususnya sejumlah pelaku usaha di kawasan itu mau sedikit peduli. Apalah ruginya menyisihkan sedikit tanah di pinggir jalan untuk dibuat drainase sendiri. Jadi pas hujan lebat, air mengalir lancar dan tidak menyebabkan genangan lagi dijalanan,” tandas Syafei.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar