SAN Kew Jong demikian nama asal Singkawang. Artinya suatu tempat di kaki gunung menghadap ke laut. Letak geografisnya sangat strategis, bahkan menjadi pusat perhatian sejak ratusan tahun lalu. Saat masa Kesultanan Sambas, Singkawang menjadi daerah transit para penambang Tionghoa di Monterado, kemudian berkembang sebagai pusat perdagangan.
Sampai sekarang siapa yang tidak kenal Singkawang. Daerah ini menjadi tujuan wisata di Kalbar. Berbagai potensi menjadi andalan, terutama wisata alam dan budaya. Sembilan tahun menjadi kota bukan berarti sosial, ekonomi dan pemerintahan Singkawang berjalan mulus. Masih banyak yang mesti dibenahi. Hal itu diungkapkan pemerhati sosial Kota Singkawang, Mateus Joseph Mooridjan Windu Sanjaya. Dia tahu betul bagaimana proses lahirnya kota ini.
“Kota Singkawang lahir tidak seperti bayi biasa. Perjuangannya sangat rumit dan panjang. Banyak yang mendukung ada juga pertentangan,” katanya. Perjuangan itulah yang harus diketahui dan menjadi landasan pembangunan Kota Singkawang. Kala itu, kata dia, aspirasi pembentukan Kota Singkawang murni dari masyarakat. Hal itulah yang harus dipegang teguh pemimpin Singkawang sampai kapanpun.
Membangun kota bukan berdasarkan keinginan segelintir orang, tapi harus menyerap aspirasi masyarakat. “Saya sarankan pemimpin harus dengarkan suara masyarakat. Tanya apa maunya,” ungkapnya. Mooridjan mengaku belum puas dengan Kota Singkawang selama sembilan tahun ini. Dia menilai pembangunan banyak diwarnai oleh para penjilat. Kalau para penjilat terus dipelihara, Mooridjan yakin Singkawang sulit untuk melangkah dengan cepat.
Menurut Mooridjan, proses pembangunan Singkawang banyak yang tidak sesuai keinginan masyarakat. Birokrat, legislator dan swasta sebagian besar tidak tulus membangun kota ini. “Makanya saya bilang selama banyak penjilat, Singkawang tidak akan maju. Mereka tidak tulus membangun Singkawang. Sarat kepentingan,” tuturnya kesal.
Mengenai birokrasi, Mooridjan menyarankan wali kota harus berani melakukan terobosan. Caranya dengan merombak SOPD secara besar-besaran. Karena banyak penempatan yang tidak sesuai dengan kemampuan pejabatnya. “Dudukan orang pada tempatnya. Harus the right men in the right place,” tegasnya. Mooridjan juga prihatin dengan kondisi sosial masyarakat Singkawang saat ini.
Timbulnya berbagai persoalan dikalangan masyarakat dapat menyebabkan pembangunan kota ini tersendat. Menurutnya, penyebab berbagai masalah itu karena banyak persoalan yang belum diselesaikan dengan tuntas. “Saya yakin suatu saat persoalan itu bakal muncul lagi, karena tidak tuntas ditangani,” ucapnya. Kepada masyarakat, dia mengimbau untuk mendukung pembangunan Kota Singkawang tidak setengah hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar